THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Senin, 09 Maret 2009

Resesi, jatuhnya kurs rupiah dan kenaikan harga, efeknya sampai ke pelaku modifikasi. Mulai akhir 2008 sampai 2009 ini, konsumen jadi lebih kritis. Modifikasi enggak sekadar ikut tren, umumnya jadi lebih efisien dan memakai skala prioritas dalam memodifikasi mobil. Pilihan aksesori dan gaya modifikasi dilakukan dengan pertimbangan fungsi dan harga. Gaya dandan seperti ini yang bakal mewarnai tahun 2009, fungsional dan ekonomis.

REPLIKA DAN SECOND

Karena masalah harga, aksesori impor asal Jepang atau Eropa hanya kini jadi pilihan sebagian kecil penggemar mobil yang tidak sensitif harga alias berkantong tebal. “Barang orisinal impor makin susah dijual, kita sediakan by order aja. Sekarang logo orisinal dari Jepang bisa sampai Rp 800 ribu, jadi enggak masuk akal. Pemakai mobil kebanyakan bakal lebih condong ke produk replika bikinan Taiwan atau second,” kata Agus Djaja Somad dari Autoline.

Pelek replika bikinan Taiwan, untuk yang baru harganya sekarang berkisar Rp 4-5 juta untuk diameter 17 inci, sampai Rp 9 juta untuk diameter 19 inci. “Karena ekonomi lagi susah, buat sebagian orang terasa mahal juga. Jadi larinya ke pelek second, harganya bisa berkurang sampai 30 persen,” bilang pemilik bengkel dan toko aksesori di Kedoya, Jakbar ini.

Untuk yang mementingkan image dan kualitas, pelek Jepang second bisa jadi pilihan. Tapi sekarang harganya juga terhitung enggak murah. Pelek Jepang bekas berdiameter 19 inci bisa sampai belasan juta juga. Untuk mengakali tingginya harga, maka modifikasi pun mesti pakai strategi efisiensi.
Artinya, mobil tetap fungsional, harga terjangkau tapi tampilan menarik. Pelek Taiwan dengan desain copy-an pelek Jepang seperti SSR, Work atau Volk Racing, bakal tetap jadi primadona. “Kalau untuk mobil kecil atau sedan, rata-rata pelek ukuran antara 17 sampai 18 inci. Pelek 20 ke atas masih dipakai, tapi untuk SUV,” jelas Agus.

Untuk modifikasi yang efisien, gaya paling tepat ya apalagi kalau enggak daily use alias simpel. Karakternya bisa saja racing atau elegan, tergantung selera dan pilihan aksesori. “Gaya racing enggak ada matinya, variasi aksesorinya banyak banget. Noblesse yang biasanya cuma bikin body kit elegan aja sekarang keluarin versi racingnya, Noblesse Pentium Sport,” papar penggemar gadget ini.

Enggak cuma pelek dan bodi kit, minimalisasi juga akan terjadi pada gaya body art seperti airbrush. Body art dengan karakter simpel akan lebih disukai, karena tidak terlalu mencolok dan bisa dipakai untuk sehari-hari.

“Tahun 2005-2007 gayanya ekstrem dengan warna-warna mencolok seperti stabilo atau scotlight. Akhir 2008 ke 2009 ini terjadi perubahan, lebih kalem. Warna-warna seperti putih mutiara, silver atau gold lebih disukai. Warna cerah seperti kuning atau oranye masih dipakai, tapi pakai xirallic jadi enggak mencolok sekali. Untuk cat bodi, seperti tahun lalu putih masih banyak disukai. Cat custom seperti bunglon yang harganya mahal itu sudah lewat masanya sejak tahun lalu,” papar Tomi dari Tomi Airbrush.

Seperti warna, perubahan gaya body art tahun ini juga terlihat pada motif atau grafisnya. Di ajang kontes modifikasi, motif ‘ramai’ seperti lidah api di berbagai bagian mobil, dengan warna-warna candy yang mencolok masih disukai karena lebih mencuri perhatian.

Tapi untuk daily use atau yang sekadar ingin terlihat beda, grafisnya cenderung simpel dengan stripping di kedua sisi bodi saja. Tampilannya tidak mencolok tapi terlihat beda, dengan kombinasi 2 warna saja atau gradasi. “Karena lebih fungsional. Mobil yang dimodifikasi masih bisa dipakai untuk harian, enggak perlu ganti mobil. Motif ekstrem juga butuh biaya lebih tinggi,” bilang seniman airbrush yang berpraktek di Pademangan, Jakut ini.


Masih seputar mundurnya Kawasaki dari MotoGP. Implikasi paling parah terkait dengan reduksi jumlah starter MotoGP. Kontras memang bila dibandingkan dengan kancah World Superbike atau WSBK musim ini.


Sampai-sampai rilis resmi dari WSBK mengungkapkan bila peserta musim ini secara tim dan pembalap terbilang memecahkan rekor. Apalagi, WSBK kini kedatangan tampang anyar yang selama ini dilingkupi Ducati, Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki dengan intrusi BMW dan Aprilia.

Muncul asumsi bila WSBK musim ini gengsinya terkerek dan mengalahkan MotoGP yang sejak lama digadang-gadang sebagai puncaknya kancah balap roda dunia.

Terlepas dari pro-kontra dan juga opini siapa yang gengsinya lebih bagus, apa MotoGP atau WSBK? Pihak regulator dalam hal ini FIM dan juga promotor Dorna untuk MotoGP dan FG Sport untuk WSBK mencoba tidak terlibat wacana itu.

Keduanya memilih untuk bersikap netral bahwa MotoGP dan WSBK memiliki perbedaan. Meski kalau secara bisnis mungkin Dorna termasuk keki ke pihak FG Sport lantaran telak-telak partisipan MotoGP lebih banyak.


Di samping ‘perseteruan’ MotoGP vs. WSBK, kelas feedernya pun tak kalah seru bersaing. MotoGP menggelindingkan Moto2 dengan kapasitas 600 cc nyaris mirip dengan World Supersport (WSS). Di sisi lain Moto2 masih belum kentara siapa saja yang bakal ikut. WSS sudah mengikuti induknya WSBK yang dikerubuti bak ada gula ada semut.

WSS atau juga kelas penyokong WSBK semakin digemari. Pasalnya, kendaraan yang dipakai tidak ada celah yang curam terkait performa kuda besi satu merek dengan merek yang lain. Bahkan di WSS ini pun diikuti bermacam manufaktur di luar Jepang dan Ducati, ada juga Triumph. Plus musim ini, peta kekuatannya benar-benar alot.


Beberapa rider veteran nangkring di WSS ini seperti nama Anthony West dan ada juga Garry McCoy. Kabar gembira dengan adanya representasi Indonesia dengan Doni Tata Pradita. Nah bila diukur skala itu semua, tentu akan ada perbedaan pandangan terkait lebih bergengsi mana MotoGP atau WSBK untuk musim ini. Mungkin bagi fanatikan MotoGP dan WSBK tak perlu berkutat di hal tersebut.

Setidaknya, nama Doni Tata Pradita membuat WSS akan lebih dikenal di Indonesia termasuk di dalamnya WSBK. Sementara MotoGP pun takkan kehilangan greget terutama masih ada ikon yang jadi magnet dunia, Valentino Rossi. Jadi perkara gengsi-gengsian diserahkan langsung saja ke mereka pecinta setia MotoGP dan WSBK. Setuju?